Monday, October 7, 2024

Game Edukasi Matematika Materi Rasio Kelas 6 SD

 

ADA GAME EDUKATIF MATEMATIKA MATERI RASIO NIH!

SIMAK DULU PENJELASANNYA YA ADIK-ADIK!

 

Halo adik-adik kelas 6 SD!

Hari ini kita akan belajar tentang salah satu konsep matematika yang sangat menarik dan berguna dalam kehidupan sehari-hari, yaitu RASIO

Apa RASIO itu ya?

Rasio adalah perbandingan antara dua atau lebih jumlah komponen yang sejenis. Rasio menunjukkan hubungan antara dua angka dan sering ditulis dalam bentuk "a : b" atau sebagai pecahan "a/b".

Mengapa Rasio Penting ya adik-adik?

Rasio membantu kita memahami hubungan antara berbagai hal di sekitar kita. Kita menggunakan rasio dalam banyak situasi, seperti:

1.Membuat resep makanan

2.Membaca peta

3.Memahami skala dalam model mainan

4.Menganalisis data statistik

 

Contoh Rasio dalam Kehidupan Sehari-hari

1.Resep Kue

Jika resep kue menggunakan rasio tepung dan gula 2:1, artinya untuk setiap 2 bagian tepung, kita menggunakan 1 bagian gula.

2.Skala Peta

Jika peta memiliki skala 1:100.000, artinya 1 cm pada peta mewakili 100.000 cm (atau 1 km) pada kenyataan.

3.Campuran Jus

Jika kita membuat jus dengan rasio air dan sirup 4:1, artinya kita menggunakan 4 bagian air untuk setiap 1 bagian sirup.

4.Rasio dalam Kelas

Jika rasio siswa laki-laki dan perempuan di kelas adalah 3:5, dan ada 24 siswa perempuan, kita bisa menghitung ada 15 siswa laki-laki.

Cara Menghitung Rasio

Untuk menghitung rasio, ikuti langkah-langkah berikut:

1.Tentukan dua kuantitas yang ingin dibandingkan

2.Tuliskan perbandingan dalam bentuk "a : b"

3.Sederhanakan rasio jika memungkinkan

Contoh: Jika dalam keranjang buah ada 6 apel dan 9 jeruk, rasionya adalah 6:9, yang bisa disederhanakan menjadi 2:3.



Game Edukasi Matematika Rasio Kelas 6 SD

Game Edukasi Matematika Rasio Kelas 6 SD

CGP MEMAINKAN PERAN COACH DALAM PENDIDIKAN MODERN

 

MEMIMPIN PERUBAHAN: PERAN COACH DALAM PENDIDIKAN MODERN

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3

Sebagai Calon Guru Penggerak, saya dihadapkan pada tantangan untuk tidak hanya mengajar, tetapi juga memimpin perubahan dalam pendidikan kekinian. Modul 2 dalam program Guru Penggerak membuka mata dan fikiran saya terhadap berbagai aspek penting dalam mencapai tujuan ini. Saya akan menguraikan lewat tulisan ini hasil penjelajahan tentang bagaimana peran coaching dapat menjadi katalis dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan berdampak.


Modul Ajar Berdiferensiasi Terintegrasi Kompetensi Sosial Emosional (KSE)

Menghubungkan Poin Of View Modul 2: Dari Diferensiasi hingga Coaching

Perjalanan saya dimulai dengan memahami pentingnya pembelajaran berdiferensiasi. Saya belajar bahwa setiap murid adalah unik, dengan kebutuhan dan potensi yang berbeda. Lantas, bagaimana saya dapat memastikan bahwa setiap anak mendapatkan apa yang mereka butuhkan?

Jawabannya terletak pada keterampilan coaching. Sebagai coach, saya tidak hanya mengajar, tetapi juga membimbing dan memfasilitasi pertumbuhan pengetahuan dan keterampilan murid termasuk rekan guru. Saya belajar menggunakan alur TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, dan Tanggung jawab) untuk membantu rekan guru di sekolah mengembangkan strategi dalam menyelesaikan suatu persoalan yang dihadapi termasuk pembelajaran yang tepat sasaran.

Video Penerapan Coaching Rekan Guru dengan Alur TIRTA

Sosial dan Emosi: Fondasi Pembelajaran yang Kokoh

Pembelajaran sosial dan emosional menjadi jembatan penting antara diferensiasi dan coaching. Mengapa? Karena emosi dan interaksi sosial adalah fondasi dari semua proses belajar. Sebagai coach, saya mencoba membantu murid tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga pada pengembangan kecerdasan emosional dan keterampilan sosial murid. Bayangkan sebuah kelas di mana murid merasa aman secara emosional, mampu berkolaborasi dengan baik, dan memiliki keterampilan manajemen diri yang baik. Bukankah ini lingkungan ideal untuk pembelajaran yang berdiferensiasi?

Video Kolaborasi Siswa Dalam Kegiatan Aksi Sains "Sifat Bunyi Merambat Kewat Zat Padat"

Coaching: Kunci untuk Membuka Potensi

Coaching dalam supervisi akademik bukan sekadar pengawasan. Ini adalah proses kolaboratif di mana kita, sebagai Guru Penggerak, membantu rekan-rekan guru menemukan potensi terbaik mereka. Dengan menggunakan teknik coaching, saya dapat: 1. Membantu guru mengidentifikasi area pengembangan potensi diri; 2. Mendorong refleksi mendalam tentang praktik mengajar.; 3. Memfasilitasi penemuan solusi kreatif untuk tantangan di kelas; 4. Membangun rasa percaya diri dan kemandirian dalam pengambilan keputusan pedagogis.

Video Choaching Supervisi Akademik

Memimpin dengan Contoh

Sebagai pemimpin pembelajaran, saya mulai memahami peran saya melampaui daripada sekedar hanya mengajar atau mengawasi. Saya adalah katalis perubahan, mentor, dan fasilitator pertumbuhan. Keterampilan coaching memungkinkan saya untuk: 1. Menciptakan budaya kolaboratif di sekolah; 2. Mendorong inovasi dalam metode pengajaran.; 3. Membangun tim guru yang reflektif dan terus berkembang; 4. Memastikan setiap murid mendapatkan pendidikan yang mereka butuhkan.

Refleksi dan Langkah ke Depan

Perjalanan saya sebagai Guru Penggerak baru dimulai. Setiap hari adalah kesempatan untuk menerapkan apa yang telah saya pelajari. Pertanyaan reflektif yang dapat saya ajukan pada diri sendiri: 1. Bagaimana saya dapat menggunakan keterampilan coaching untuk mendukung guru dalam menciptakan pembelajaran yang lebih berdiferensiasi?; 2. Apa langkah konkret yang dapat saya ambil untuk membangun lingkungan sekolah yang mendukung pembelajaran sosial dan emosional?; 3. Bagaimana saya dapat menjadi teladan dalam menerapkan prinsip-prinsip yang telah saya pelajari?

Saya akan terus belajar, tumbuh, dan memimpin perubahan dalam pendidikan di sekolah. Sebagai Calon Guru Penggerak, saya memiliki kesempatan emas untuk mengantarkan murd menuju masa depan gemilang mereka.


#GuruPenggerak #PendidikanInklusif #CoachingPendidikan #PembelajaranBerdiferensiasi #KecerdasanEmosional


Media Sosial:

TikTok Pak Guru Mabrur

Youtube Pak Guru Mabrur

Instagram Nispu Mabrur

Facebook Nispu Mabrur

Friday, September 27, 2024

Memperkuat Pembelajaarn Sosial Emosional: Perspektif Seorang Calon Guru Penggerak

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2

PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL


"Guru Penggerak mendorong pembelajaran holistik yang memfasilitasi kompetensi akademik dan keterampilan sosial-emosional murid"

Sebelum mempelajari modul Pembelajaran Sosial Emosional (PSE), saya berpikir bahwa pembelajaran di kelas hanya terfokus pada materi akademik dan hasil ujian. Saya cenderung mengabaikan aspek perkembangan sosial-emosional murid, seperti kesadaran diri, manajemen diri,kemampuan berelasi, dengan orang lain. Sehingga, murid saya yang memiliki beragam latar belakang dan kemampuan belajar yang berbeda, sering merasa tidak diakomodasi dengan baik.

Setelah mempelajari modul ini, ternyata saya memahami bahwa pembelajaran yang holistik perlu memperhatikan tidak hanya aspek akademik, tetapi juga perkembangan sosial-emosional murid. Lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan berpihak pada murid menjadi hal yang sangat penting untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being).


3 Hal Mendasar dan Penting yang Dipelajari

1)Pentingnya memahami filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, khususnya konsep "Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani." Hal ini akan membantu saya menjadi guru yang dapat memberikan teladan, memotivasi, dan mendukung murid dalam mengembangkan kesadaran diri, kemampuan mengelola emosi, dan kemampuan berelasi dengan orang lain.

2)Guru penggerak harus mampu membangun budaya positif di sekolah dan memfasilitasi pembelajaran yang berpihak pada murid, termasuk dalam pengembangan keterampilan sosial-emosional,

3)Pentingnya memahami dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada murid (student-centered learning). Hal ini akan membantu saya merancang kegiatan pembelajaran yang dapat mengakomodasi kebutuhan belajar dan karakteristik unik setiap murid, serta mendorong pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.


Perubahan yang Akan Diterapkan

a.Bagi Murid: 

a)Menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menumbuhkan rasa memiliki di antara murid untuk meningkatkan kesadaran social, 

b)Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih interaktif, kolaboratif, dan berpusat pada murid untuk mengembangkan kemampuan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab,

c)Memfasilitasi pengembangan keterampilan sosial-emosional murid, seperti empati, kesadaran diri, dan manajemen diri.


b.Bagi Rekan Sejawat; 

a)Berbagi pengetahuan dan praktik terbaik dalam menciptakan budaya positif di sekolah yang mendukung pengembangan keterampilan sosial-emosional, 

b)Berkolaborasi untuk merancang dan menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid dan mendorong pengembangan keterampilan sosial-emosional, 

c)Saling mendukung dan belajar bersama untuk menjadi guru penggerak yang inspiratif dan mampu memfasilitasi pembelajaran sosial-emosional.


Youtube Pak Guru Mabrur

TikTok Pak Guru Mabrur

Instagram Nispu Mabrur


Tuesday, September 24, 2024

REFKEKSI BERBAGI SEORANG CALON GURU PENGGERAK

 REFKEKSI BERBAGI SEORANG CALON GURU PENGGERAK

Oleh

Nispu Mabrur, S.Pd

Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kota Padang

Pembelajaran sosial-emosional menjadi aspek penting dalam pendidikan saat ini. Sebagai calon guru penggerak, saya berusaha untuk mengimplementasikan pembelajaran sosial-emosional di kelas 6 SD. Namun, saya menyadari bahwa rekan-rekan guru perlu diberi pemahaman dan pengetahuan yang sama tentang modul ini.


PERISTIWA

Apa yang saya lihat dalam proses tersebut?

1.     Saya berbagi pengalaman dalam upaya mengimplementasikan pembelajaran social emosional di kelas 6 SD.

2.     Saya menjelaskan bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan mendukung perkembangan kompetensi akademik maupun social emosional murid.

3.     Namun, saya menyadari bahwa rekan rekan guru belum memiliki pemahaman dan pengetahuan yang sama tentang pembelajaran social emosional.

4.     Penerapan pembelajaran sosial emosional yang masif dan terukur, dan berkolabrasi sangat diperlukan dengan kondisi lingkungan belajar murid, baik di sekolah maupun rumah, apalagi di lingkungan masyarakat.


PERASAAN

Apa yang saya rasakan sehubungan dengan proses yang saya alami?

1.     Saya merasa antusias untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik, namun juga sedikit cemas karena rekan-rekan guru belum familiar dengan pembelajaran soisla Emosional.

2.     Saya ingin rekan-rekan guru dapat memahami pentingnya pembelajaran social emosional dan mendukung upaya saya dalam mengembangkannya di kelas dan bersama-sama menerpakan di sekolah.

3.     Namun, saya juga merasa perlu bersabar dan membangun pemahaman bersama secara bertahap.


PEMBELAJARAN

Apa hal yang bermanfaat dari proses tersebut?

1.     Saya mendapatkan kesempatan untuk menjelaskan konsep dan pentingnya pembelajaran sosial-emosional bagi perkembangan murid.

2.     Beberapa rekan guru menunjukkan ketertarikan untuk mempelajari lebih lanjut tentang strategi dan praktik pembelajaran sosial-emosional yang dapat diterapkan.

3.     Saya juga mendapatkan masukan dari rekan-rekan guru tentang tantangan yang mereka hadapi terkait dengan murid yang membutuhkan dukungan sosial-emosional.


PEMBELAJARAN

Apa umpan balik yang saya dapatkan?

1. Rekan-rekan guru memberikan umpan balik yang positif atas upaya saya dalam membagikan pengalaman pembelajaran sosial-emosional.

2. Mereka menyatakan bahwa topik ini menarik dan menjadi hal yang penting untuk dipelajari bersama

3. Beberapa rekan guru juga meminta saya untuk menyediakan referensi terkait pembelajaran sosial-emosional.


PENERAPAN

Apa yang ingin saya perbaiki atau tingkatkan agar ini berdampak lebih luas?

1. Saya ingin menyusun rencana untuk mengadakan sesi pelatihan atau diskusi rutin bagi rekan-rekan guru tentang pembelajaran sosial-emosional bersama dua CGP lainnya di sekolah melalui kegiatan Komunitas Belajar.

2. Saya juga akan bekerja sama dengan pimpinan sekolah untuk memasukkan modul ini dalam program pengembangan kompetensi guru.

3. Selain itu, saya ingin mengembangkan materi pembelajaran sosial-emosional yang dapat digunakan bersama.



Tuesday, August 27, 2024

AKSI NYATA MODUL 1.4 CGP "DISEMINASI BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH"

 

IMPLEMENTASI BUDAYA POSITIF DALAM PENDIDIKAN:

PENGALAMAN CALON GURU PENGGERAK DI SD NEGERI 30 KUBU DALAM KOTA PADANG

Nispu Mabrur, S.Pd., Gr

Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kota Padang

nispudek01@gmail.com

Abstrak:  Guru Penggerak adalah sebuah inisiatif transformasional yang bertujuan untuk melahirkan pemimpin pembelajaran yang mampu menghadirkan perubahan positif di lingkungan sekolah. Artikel ini menggambarkan proses dan hasil dari implementasi Modul 1.4 tentang Budaya Positif, yang merupakan bagian dari program Guru Penggerak. Fokus utama adalah pada penggunaan segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah keterlambatan seorang murid kelas 6 dan bagaimana pendekatan ini dapat memperbaiki perilaku murid secara berkelanjutan. Selain itu, diseminasi budaya positif kepada komunitas guru di SD Negeri 30 Kubu Dalam juga dibahas sebagai contoh nyata upaya mengubah paradigma pendidikan di tingkat sekolah dasar.

Kata kunci: Budaya positif, segitiga restitusi, diseminasi, disiplin

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan pilar utama dalam membangun karakter dan keterampilan generasi muda. Program Guru Penggerak hadir sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan memberdayakan guru sebagai pemimpin perubahan. Dalam program ini, para guru tidak hanya belajar teori pendidikan, tetapi juga diajak untuk melakukan implementasi nyata yang dapat memberikan dampak langsung pada lingkungan sekolah. Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan pengalaman saya sebagai calon Guru Penggerak dalam mengimplementasikan salah satu modul penting, yaitu Budaya Positif, serta diseminasi yang dilakukan untuk memperluas dampak positif dari pembelajaran tersebut.

Program ini didasarkan pada pemahaman bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan, diperlukan perubahan paradigma dan pendekatan yang lebih berpusat pada murid. Guru Penggerak diharapkan menjadi katalis perubahan, membawa inovasi dan praktik terbaik ke dalam sistem pendidikan yang ada.

 

IMPLEMENTASI SEGITIGA RESTITUSI

Dalam pembelajaran Modul 1.4, saya diajak untuk memahami dan mengimplementasikan konsep budaya positif, yang salah satunya adalah segitiga restitusi. Segitiga restitusi merupakan pendekatan yang digunakan untuk memfasilitasi penyelesaian masalah disiplin dengan cara yang tidak menghukum, tetapi lebih kepada memulihkan hubungan dan memperbaiki perilaku murid.

KASUS KETERLAMBATAN MURID

Salah satu kasus yang saya hadapi adalah keterlambatan seorang murid kelas 6 yang kerap terlambat datang ke sekolah. Setelah dilakukan pendekatan personal, diketahui bahwa murid tersebut terlambat karena harus membantu orang tua di pagi hari dan sering kali tidur larut malam karena bermain game. Ini menunjukkan bahwa masalahnya tidak hanya berkaitan dengan disiplin waktu, tetapi juga faktor-faktor lain seperti tanggung jawab keluarga dan manajemen waktu pribadi yang buruk.

Gambar 1. Implementasi Segitiga Restitusi Dalam Membantu Siswa Terlambat

 

PENERAPAN SEGITIGA RESTITUSI

Segitiga restitusi digunakan untuk membantu murid ini memahami dampak dari keterlambatannya terhadap dirinya sendiri, teman-temannya, dan guru. Proses ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah bersama-sama, di mana murid diajak untuk mengakui dan memahami penyebab keterlambatannya. Kemudian, fokus diarahkan pada bagaimana murid dapat memperbaiki situasi ini, misalnya dengan menyusun jadwal harian yang lebih baik dan mengatur waktu bermain game agar tidak mengganggu waktu tidur.

Selanjutnya, langkah ketiga dari segitiga restitusi adalah pemulihan, di mana murid diajak untuk membuat komitmen dalam memperbaiki kebiasaannya. Komitmen ini tidak hanya sebagai janji verbal, tetapi didukung oleh tindakan konkret, seperti melibatkan orang tua dalam menyusun jadwal atau menetapkan alarm pagi yang efektif. Pendekatan ini tidak hanya membantu murid mengatasi masalah disiplin, tetapi juga memberdayakannya untuk menjadi lebih bertanggung jawab dan mandiri.

 

DISEMINASI BUDAYA POSITIF

Pada tanggal 26 Agustus 2024, saya bersama dua rekan calon Guru Penggerak lainnya melakukan diseminasi budaya positif kepada komunitas guru di SD Negeri 30 Kubu Dalam. Diseminasi dihadiri Kepala Sekolah beserta guru dan pegawai SD Negeri 30 Kubu Dalam. Diseminasi ini bertujuan untuk membagikan pengetahuan dan praktik terbaik yang telah kami pelajari, dengan harapan dapat menginspirasi rekan-rekan guru lain untuk menerapkan pendekatan serupa.

Gambar 2. Umpan Balik oleh Kepala Sekolah Terhadap Diseminasi Budaya Positif CGP

 

MATERI DISEMINASI

Diseminasi budaya positif yang kami lakukan di SD Negeri 30 Kubu Dalam mencakup beberapa topik utama, sebagai berikut:

a.       Perubahan Paradigma Belajar

Pada topik ini, kami menekankan pentingnya beralih dari pendekatan pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru menuju pendekatan yang lebih berfokus pada murid, di mana murid diberikan ruang untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan minat mereka.

b.      Disiplin Positif

Pada bagian ini, kami menggambarkan bagaimana pendekatan disiplin yang positif dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan mendukung. Disiplin positif bukan tentang menghukum, tetapi tentang membantu murid memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan memotivasi mereka untuk memperbaiki diri.

Gambar 2. Materi Diseminasi

c.       Motivasi Perilaku Manusia

Kami menjelaskan bahwa perilaku murid sering kali dipengaruhi oleh motivasi dasar seperti rasa aman, rasa dihargai, dan kebutuhan untuk berprestasi. Dengan memahami motivasi ini, guru dapat menciptakan strategi yang lebih efektif untuk mendukung perkembangan murid.

d.      Kebutuhan Dasar Manusia dan Posisi Kontrol Restitusi

Kami membahas bagaimana kebutuhan dasar murid, seperti rasa aman, cinta, dan penerimaan, dapat mempengaruhi perilaku mereka, serta bagaimana posisi kontrol restitusi dapat digunakan untuk memulihkan hubungan yang terganggu akibat perilaku negatif.

e.       Keyakinan Kelas dan Segitiga Restitusi

Kami memperkenalkan konsep keyakinan kelas sebagai dasar dari budaya positif, di mana setiap murid merasa aman, dihargai, dan didukung. Segitiga restitusi diperkenalkan sebagai alat praktis untuk membantu murid belajar dari kesalahan mereka dan membuat perubahan positif.­­­­­­­­­­

 

HASIL DAN DAMPAK DISEMINASI

Diseminasi budaya positif yang kami lakukan mendapat tanggapan positif dari para guru dan Kepala Sekolah. Beberapa guru menunjukkan ketertarikan untuk mencoba pendekatan yang telah dipaparkan, terutama dalam penggunaan segitiga restitusi untuk menangani masalah disiplin di kelas mereka. Selain itu, Kepala Sekolah mendukung inisiatif ini dan berencana untuk memasukkan pendekatan budaya positif dalam program pengembangan profesional guru di sekolah.

 

KESIMPULAN

Pengalaman sebagai calon Guru Penggerak telah membuka wawasan saya tentang pentingnya pendekatan pendidikan yang lebih manusiawi dan berorientasi pada pengembangan karakter murid. Melalui implementasi segitiga restitusi dan diseminasi budaya positif, saya merasa telah berkontribusi pada terciptanya lingkungan belajar yang lebih kondusif dan mendukung. Program Guru Penggerak bukan hanya tentang belajar teori, tetapi juga tentang bagaimana teori tersebut dapat diterapkan untuk menghasilkan perubahan nyata di sekolah. Pendekatan yang berfokus pada penghormatan, tanggung jawab, dan pemulihan telah terbukti efektif dalam menciptakan suasana belajar yang lebih positif dan produktif, yang pada akhirnya akan membantu murid mencapai potensi terbaik mereka.


MATERI Diseminasi di CANVA Silakan Klik Link Materi Diseminasi Budaya Positif

VIDEO Diseminasi di YOUTUBE Silakan Klim Link Diseminasi Budaya Positif CGP Angkatan 11 SD Negeri 30 Kubu Dalam


SILAKAN KUNJUNGI

TikTok Pak Guru Mabrur

Youtube Pak Guru Mabrur