Showing posts with label cgp angkatan 11. Show all posts
Showing posts with label cgp angkatan 11. Show all posts

Sunday, November 17, 2024

Koneksi Antar Materi Modul 3.3: Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid

Mewujudkan Perubahan Positif Melalui Program Berdampak: 

"Sebuah Refleksi Calon Guru Penggerak di Akhir Pembelajaran"

CGP Angkatan 11 Kota Padang bersama Pengajar Praktik

Saya adalah seorang guru kelas 6 SD yang diamanahkan menjadi Calon Guru Penggerak (CGP). Perjalanan pembelajaran sebagai seorang Calon Guru Penggerak melalui berbagai modul telah memberikan perspektif mendalam tentang bagaimana menciptakan perubahan positif di sekolah. Meskipun menghadapi tantangan karakteristik siswa yang cenderung negatif, kesiapan belajar siswa yang beragam, dan kondisi kedisiplinan rekan guru yang perlu ditingkatkan, saya menemukan benang merah dari semua pembelajaran yang telah dilalui.

Refleksi Filosofis Ki Hajar Dewantara mengajarkan saya bahwa pendidikan bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan kepada siswa. Pendiidkan merupakan pembentukan karakter dan kemandirian siswa. Prinsip "ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani" menjadi landasan saya dalam mengimplementasikan program-program transformatif di kelas 6. Nilai-nilai Guru Penggerak, yaitu: berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif, dan inovatif akan menjadi kompas dalam setiap pengambilan keputusan saya di kelas dan sekolah.

Dalam menghadapi tantangan karakteristik siswa yang dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat tempat tinggal, pembelajaran Sosial dan Emosional menjadi kunci penting. Program "Sarapan Pagi Bersama" dan "Gerakan Makan Buah" tidak hanya menjawab kebutuhan fisik siswa, tetapi juga membangun keterampilan sosial dan emosional melalui interaksi positif. Program ini lahir dari pemahaman bahwa pemenuhan kebutuhan dasar siswa adalah prasyarat untuk pembelajaran yang efektif dan aktif.

Gerakan Sarapan Pagi Bersama dan Gerakan Makan Buah Bersama

Implementasi "Pemilihan Ketua Kelas Berbasis Pemilihan Umum" merupakan manifestasi dari pembelajaran tentang Kepemimpinan Murid dan Budaya Positif di Kelas. Program ini memberikan pengalaman demokrasi secara langsung, membangun kepercayaan diri, dan melatih tanggung jawab. Hal ini sejalan dengan visi Guru Penggerak untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna dan kontekstual.

                                  

Calon Ketua Kelas pada Pemilihan Ketua Kelas VI.B

“Gerakan Menghafal 1 Juz" dan "Gerakan Sholat Duha" muncul sebagai respons terhadap kebutuhan spiritual siswa, yang merupakan bagian dari pembelajaran holistik. Program ini tidak hanya memperkuat aspek religius tetapi juga membangun kedisiplinan dan karakter positif siswa. Kesuksesan program-program ini tidak terlepas dari kolaborasi aktif dengan komite kelas dan perwujudan prinsip pelibatan stakeholder dalam pengembangan sekolah.

Sholat Duha Siswa Kelas VI.B

Sebagai pemimpin pembelajaran, saya menyadari bahwa program yang berdampak positif harus direncanakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan menjadi fundamental dalam setiap program. Data dan bukti menjadi dasar evaluasi dan pengembangan program. Hal ini sejalan dengan prinsip kepemimpinan berbasis data dan aset yang diajarkan dalam modul.

Melalui pendekatan coaching dan supervisi akademik, saya berupaya menggerakkan rekan-rekan guru untuk bersama-sama menciptakan perubahan. Meskipun menghadapi tantangan kedisiplinan guru yang rendah, kami mulai membangun komunitas belajar guru yang rutin bertemu setiap minggu. Dalam pertemuan ini, kami saling berbagi pengalaman dan pengetahuan. Pendekatan kolaboratif dan reflektif terbukti efektif dalam membangun kesadaran dan komitmen bersama. Para guru mulai terbiasa saling mengamati pembelajaran (peer teaching), memberikan masukan yang membangun, dan belajar dari praktik baik rekan sejawat. Semangat kerja sama ini perlahan mengubah budaya individualisme menjadi budaya kolaboratif di sekolah. Saya juga mulai membangun jejaring dengan komunitas guru di sekolah lain untuk memperluas wawasan dan berbagi praktik baik dalam mengajar.

Program-program yang telah berjalan merupakan hasil sintesis dari berbagai pembelajaran dalam modul Program Guru Penggerak. Keberhasilan program tidak diukur semata dari pelaksanaannya, tetapi dari dampak positif yang dirasakan siswa, baik dalam aspek akademik, sosial, emosional, maupun spiritual.

Ke depan, sebagai seorang Guru Penggerak, saya akan terus belajar.  Saya akan terus memperbaiki setiap program yang dijalankan. Semua program akan dibuat dengan mengutamakan kepentingan murid sebagai fokus utama. Saya berkomitmen untuk terus berkolaborasi dengan rekan-rekan guru di sekolah dalam menjalankan setiap program. Komunikasi yang baik dengan kepala sekolah dan pengawas akan terus dijaga untuk mendapatkan dukungan dan arahan. Kerja sama dengan orang tua dan komite kelas akan terus diperkuat untuk memastikan program berjalan dengan baik. Setiap langkah yang diambil akan selalu berpegang pada nilai-nilai kebaikan. Saya percaya perubahan pendidikan yang baik dimulai dari kelas, tempat di mana setiap anak bisa berkembang sesuai kemampuannya.

 

Thursday, October 24, 2024

ANALISIS DILEMA ETIKA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

 

Analisis Dilema Etika dalam Manajemen Sekolah

Analisis Dilema Etika dalam Manajemen Sekolah

Narasi Dilema Etika

Sekolah menghadapi dilema terkait Bapak Ahmad (nama samaran), seorang guru yang sering datang terlambat dan tidak disiplin dalam mengajar. Aturan sekolah jelas menyatakan bahwa guru yang tidak disiplin akan mendapat sanksi progresif hingga pemberhentian. Namun, Pak Ahmad memiliki kompetensi luar biasa dalam bidang IT, public speaking, dan manajemen pendidikan yang sangat membantu pengembangan sekolah. Beliau aktif membantu digitalisasi sistem sekolah, melatih siswa untuk kompetisi, dan berkontribusi dalam pengembangan program-program inovatif yayasan. Dalam hal ini, sekolah perlu mempertimbangkan keseimbangan antara penegakan disiplin dan pemanfaatan kompetensi guru untuk kemajuan institusi.

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah

1. Bagaimana bapak dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?

"Sebagai kepala sekolah, kasus ini menjadi dilema etika karena ada pertentangan antara penegakan aturan kedisiplinan dengan kebutuhan sekolah akan kompetensi khusus guru tersebut. Di satu sisi, kedisiplinan adalah fondasi dari sistem pendidikan yang baik. Di sisi lain, kompetensi dan kontribusi Pak Ahmad sangat signifikan bagi kemajuan sekolah dan yayasan."

2. Bagaimana bapak menjalankan pengambilan keputusan di sekolah bapak, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?

"Saya selalu berusaha mengambil pendekatan yang seimbang. Kami mengadakan rapat dengan tim manajemen sekolah dan yayasan untuk membahas kasus ini secara menyeluruh. Kami juga melakukan dialog personal dengan guru yang bersangkutan untuk memahami akar masalah dan mencari solusi yang bisa mengakomodasi kedua kepentingan."

3. Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa bapak lakukan selama ini?

"Pertama, kami melakukan pendataan objektif tentang tingkat ketidakdisiplinan dan juga kontribusi positif guru tersebut. Kedua, mengadakan dialog personal untuk memahami kendala yang dihadapi. Ketiga, berdiskusi dengan tim manajemen dan yayasan. Keempat, menyusun program pembinaan khusus yang mempertimbangkan peran strategisnya. Kelima, membuat kesepakatan tertulis tentang komitmen perbaikan."

4. Hal-hal apa saja yang selama ini bapak anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

"Yang paling efektif adalah pendekatan personal yang diikuti dengan kesepakatan tertulis. Komunikasi terbuka dan pemberian tanggung jawab khusus juga membantu meningkatkan rasa memiliki terhadap sekolah. Penting juga untuk mengakui dan menghargai kontribusi positif sambil tetap mendorong perbaikan dalam hal kedisiplinan."

5. Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan bagi bapak dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

"Tantangan terbesarnya adalah menjaga keseimbangan antara penegakan aturan dan pemanfaatan kompetensi guru. Ada juga tantangan dalam hal keadilan, karena kebijakan khusus bisa mempengaruhi persepsi guru lain. Selain itu, memastikan bahwa perbaikan kedisiplinan tetap terjadi tanpa mengurangi kontribusi positifnya juga menjadi tantangan tersendiri."

6. Apakah bapak memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah bapak langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya?

"Kami menerapkan program pembinaan bertahap selama satu semester. Bulan pertama fokus pada asesmen dan dialog intensif, bulan kedua pembuatan kesepakatan dan program perbaikan, dan bulan-bulan berikutnya monitoring dan evaluasi berkala. Kami juga menetapkan target-target spesifik yang harus dicapai dalam periode tertentu."

7. Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu bapak dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?

"Dukungan dari yayasan dan tim manajemen sangat membantu dalam proses ini. Keterbukaan guru yang bersangkutan untuk menerima masukan dan berkomitmen pada perbaikan juga menjadi faktor penting. Sistem monitoring yang baik dan dukungan dari rekan-rekan guru juga membantu proses ini."

8. Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat bapak petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?

"Saya belajar bahwa pendekatan yang kaku dalam penegakan aturan tidak selalu menghasilkan solusi terbaik. Perlu ada keseimbangan antara menjaga standar kedisiplinan dan menghargai kompetensi serta kontribusi unik setiap guru. Yang penting adalah bagaimana membuat semua pihak berkomitmen pada perbaikan sambil tetap memaksimalkan potensi mereka untuk kemajuan sekolah."

Analisis Praktek Pengambilan Keputusan

1. Paradigma yang Terlihat

  • Perorangan lawan kelompok: Kepentingan pengembangan individu vs kepentingan institusi
  • Rasa keadilan lawan rasa kasihan: Keadilan dalam penegakan aturan vs pertimbangan kontribusi khusus
  • Kebenaran lawan kesetiaan: Kebenaran tentang pentingnya disiplin vs kesetiaan pada pengembangan sekolah
  • Jangka pendek lawan jangka panjang: Penanganan ketidakdisiplinan jangka pendek vs pengembangan institusi jangka panjang

2. Prinsip yang Diterapkan

  • Care-based Thinking
    • Mempertimbangkan potensi dan kontribusi khusus guru
    • Pendekatan pembinaan yang memperhatikan pengembangan profesional
  • Rule-based Thinking
    • Tetap berpegang pada aturan kedisiplinan sekolah
    • Membuat program pembinaan terstruktur
  • Ends-based Thinking
    • Fokus pada hasil akhir berupa keseimbangan disiplin dan pengembangan sekolah

Saran dan Rekomendasi

Saran yang Diberikan:

  1. Mengembangkan sistem manajemen kinerja yang lebih fleksibel
  2. Membuat program pengembangan kompetensi terstruktur
  3. Menyusun kebijakan yang mengakomodasi keunikan kompetensi guru
  4. Menciptakan sistem reward yang mendorong perbaikan disiplin

Rekomendasi Pengembangan:

  1. Aktifkan Komunitas Belajar untuk pengembangan profesional
  2. Sistem pencatatan kontribusi dan kinerja yang lebih komprehensif
  3. Workshop manajemen waktu untuk guru
  4. Program pengembangan kepemimpinan
  5. Sistem evaluasi kinerja yang mempertimbangkan multiple intelligence
Analisis Dilema Etika dalam Manajemen Sekolah

Refleksi dan Pembelajaran

1. Kompleksitas Pengambilan Keputusan Etis

Kasus ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan etis dalam konteks pendidikan tidak selalu hitam dan putih. Kepala sekolah harus mempertimbangkan berbagai aspek yang saling berkaitan, termasuk kebutuhan institusi, pengembangan profesional guru, dan dampak terhadap komunitas sekolah secara keseluruhan.

2. Pentingnya Keseimbangan

Dalam menangani dilema etika, penting untuk mencari keseimbangan antara penegakan aturan dan fleksibilitas. Pendekatan yang terlalu kaku dapat mengabaikan potensi dan kontribusi berharga, sementara terlalu fleksibel dapat melemahkan sistem yang ada.

3. Nilai Dialog dan Komunikasi

Proses penyelesaian kasus ini menekankan pentingnya dialog terbuka dan komunikasi yang konstruktif. Pendekatan personal dan pemahaman mendalam terhadap situasi memungkinkan terciptanya solusi yang dapat diterima semua pihak.

4. Pengembangan Sistem yang Adaptif

Kasus ini menggarisbawahi kebutuhan akan sistem manajemen yang lebih adaptif dan komprehensif, yang dapat mengakomodasi keragaman kompetensi dan kontribusi guru sambil tetap menjaga standar profesionalisme.

5. Pembelajaran Organisasi

Penanganan dilema etika ini memberikan pembelajaran berharga bagi organisasi tentang pentingnya mengembangkan kebijakan yang lebih inklusif dan sistem evaluasi yang mempertimbangkan multiple intelligence.

6. Dampak Jangka Panjang

Solusi yang diambil tidak hanya berfokus pada penyelesaian masalah jangka pendek, tetapi juga mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap budaya sekolah, motivasi guru, dan pengembangan institusi.

7. Peran Kepemimpinan

Kasus ini menunjukkan pentingnya kepemimpinan yang bijaksana dan transformatif dalam mengelola dilema etika. Kemampuan untuk melihat berbagai perspektif dan mencari solusi yang mengakomodasi berbagai kepentingan menjadi kunci keberhasilan.

8. Implikasi untuk Pengembangan Profesional

Pengalaman ini menghasilkan pemahaman tentang pentingnya program pengembangan profesional yang terstruktur dan sistem dukungan yang dapat membantu guru memaksimalkan potensi mereka sambil menjaga standar profesionalisme.

Kesimpulan

Penanganan dilema etika dalam konteks pendidikan memerlukan pendekatan yang holistik, melibatkan berbagai pemangku kepentingan, dan berfokus pada solusi yang dapat mendukung baik pengembangan individu maupun kemajuan institusi. Pengalaman ini menjadi pembelajaran berharga dalam mengembangkan sistem manajemen yang lebih efektif dan kebijakan yang lebih inklusif untuk masa depan.

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 CGP ANGKATAN 11 KOTA PADANG

Perjalanan Pembelajaran Program Guru Penggerak: Mewujudkan Kepemimpinan Pembelajaran yang Berlandaskan Nilai Kebajikan

Pendahuluan

Sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) yang sedang menempuh modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin, saya ingin berbagi refleksi mendalam tentang perjalanan pembelajaran yang telah saya lalui. Tulisan ini merupakan hasil perenungan dan pengalaman dalam mengintegrasikan berbagai konsep dari modul-modul sebelumnya dengan pemahaman baru tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

 

Gambar 1. Wawancara Praktik Pengambilan keputusan
dengan Kepala SDN 30 Kubu Dalam

Filosofi Ki Hajar Dewantara dan Pengambilan Keputusan

Konsep Triloka yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara: 1. Ing Ngarso Sung Tulodho; 2. Ing Madyo Mangun Karso; dan 3. Tut Wuri Handayani, memiliki relevansi mendalam dengan proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin, kita tidak hanya dituntut untuk menjadi teladan (Ing Ngarso), tetapi juga harus mampu membangun semangat (Ing Madyo) dan memberikan dorongan (Tut Wuri) dalam setiap keputusan yang kita ambil.

Filosofi ini menjadi landasan penting dalam menghadapi dilema etika di lingkungan satuan pendidikan. Ketika mengambil keputusan, seorang pemimpin pembelajaran harus mempertimbangkan dampaknya terhadap:

  1. Keteladanan yang diperlihatkan kepada peserta didik
  2. Pembangunan motivasi dan semangat dalam komunitas sekolah
  3. Pemberian dukungan yang memerdekakan peserta didik
Contoh Analisis Terhadap Praktek Pengambilan Keuptusan

 

Nilai-Nilai sebagai Fondasi Pengambilan Keputusan

Pembelajaran tentang nilai dan peran Guru Penggerak pada modul sebelumnya menjadi pondasi kuat dalam proses pengambilan keputusan. Sebagai Calon Guru Penggerak, lima nilai utama menjadi kompas moral dalam menghadapi dilema etika:


Nilai-nilai Guru Penggerak:

1. Mandiri: Kemampuan untuk mengambil inisiatif dan keputusan secara independen dengan penuh tanggung jawab,

2.   Reflektif: Kemampuan melakukan evaluasi diri dan pertimbangan mendalam dalam setiap pengambilan keputusan,

3. Inovatif: Kemampuan mencari solusi kreatif dan alternatif baru dalam menghadapi tantangan,

4.   Kolaboratif: Kemampuan melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan,

5.  Berpihak pada murid: Mengutamakan kepentingan dan perkembangan peserta didik dalam setiap keputusan.


Peran Guru Penggerak dalam Pengambilan Keputusan:

1. Pemimpin pembelajaran: Mengambil keputusan strategis untuk memastikan kualitas pembelajaran

2. Coach bagi guru lain: Membimbing rekan sejawat dalam proses pengambilan keputusan yang efektif,

3. Menjalin kolaborasi antar guru: Memfasilitasi pengambilan keputusan kolektif untuk kemajuan pembelajaran,

4. Mewujudkan kepemimpinan murid: Memberdayakan peserta didik dalam proses pengambilan keputusan,

5. Menggerakkan komunitas praktisi: Membangun jejaring dan kolaborasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak luas.

Video 1. Implementasi Nilai dan Peran Guru Penggerak


Nilai-nilai dan peran ini menjadi landasan dalam menerapkan tiga prinsip pengambilan keputusan:

1.   Prinsip keadilan dan kesetaraan

2.   Prinsip tanggung jawab dan akuntabilitas

3.   Prinsip kebermanfaatan bagi semua pihak

Dengan mengintegrasikan nilai-nilai dan peran Guru Penggerak, setiap keputusan yang diambil tidak hanya mempertimbangkan aspek teknis, tetapi juga aspek moral dan dampak jangka panjang terhadap ekosistem pendidikan.

 

Keterkaitan dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional

Pemahaman tentang pembelajaran sosial dan emosional yang telah dipelajari sebelumnya memberikan perspektif penting dalam pengambilan keputusan, terutama ketika menghadapi dilema etika. Kemampuan mengelola emosi dan memahami aspek sosial membantu dalam:

  1. Mengenali dampak emosional dari setiap keputusan
  2. Mempertimbangkan berbagai sudut pandang
  3. Membangun empati dalam proses pengambilan keputusan
Skenario implementasi Pembelajaran sosial emosional yang didasarkan pada diferensiasi konten dapat dilihat pada Modul AJar MODUL AJAR BERDIFENRENSIASI TERINTEGRASI KSE (SILAKAN DI KLIK).

Coaching sebagai Alat Pengujian Keputusan

Pembelajaran tentang coaching untuk supervisi akademik memberikan tools yang berharga dalam menguji efektivitas keputusan yang diambil. Melalui proses coaching, saya belajar untuk:

  1. Melakukan refleksi mendalam atas keputusan yang diambil
  2. Mengidentifikasi area pengembangan dalam proses pengambilan keputusan
  3. Mendapatkan perspektif baru melalui pertanyaan-pertanyaan coaching yang powerful

 

Video 2. Praktek Coaching bersama rekan CGP

Menciptakan Budaya Positif melalui Pengambilan Keputusan

Pemahaman tentang budaya positif dan disiplin positif yang dipelajari sebelumnya menjadi pertimbangan penting dalam setiap pengambilan keputusan. Keputusan yang tepat harus mendukung terciptanya:

  1. Lingkungan belajar yang aman dan nyaman
  2. Budaya sekolah yang positif dan mendukung
  3. Sistem restitusi yang mendidik, bukan menghukum

 

Video 3. Praktik Pengambilan Keputusan dengan Segitiga Restitusi

Tantangan dan Pembelajaran

Dalam menerapkan konsep pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan, beberapa tantangan yang dihadapi meliputi:

  1. Perbedaan tingkat pemahaman kognitif peserta didik
  2. Keragaman latar belakang sosial dan budaya
  3. Kebutuhan untuk meningkatkan kedisiplinan di lingkungan sekolah

Namun, tantangan ini justru memperkaya pembelajaran dan memberi kesempatan untuk menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan secara kontekstual.

 

Dampak dan Transformasi

Pembelajaran tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan telah membawa transformasi signifikan saya dalam:

  1. Cara berpikir dalam menghadapi dilema etika
  2. Proses pertimbangan berbagai perspektif
  3. Pemahaman akan dampak jangka panjang setiap keputusan

 

Kesimpulan

Perjalanan pembelajaran ini telah membuka wawasan baru tentang kompleksitas pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Integrasi berbagai konsep dari modul-modul sebelumnya, mulai dari filosofi Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai kebajikan, pembelajaran sosial emosional, hingga coaching, memberikan fondasi kuat dalam mengambil keputusan yang bijaksana dan berdampak positif.

Sebagai Calon Guru Penggerak, saya memahami bahwa setiap keputusan yang diambil memiliki dampak signifikan terhadap masa depan peserta didik. Oleh karena itu, pengambilan keputusan harus selalu berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan dan bertujuan untuk memerdekakan pembelajaran.

Pembelajaran ini bukan hanya tentang teknik pengambilan keputusan, tetapi lebih dari itu, ini adalah tentang bagaimana menjadi pemimpin pembelajaran yang mampu membawa perubahan positif pada satuan pendidikan.

 

Refleksi Akhir

Sampai saat ini, Program Guru Penggerak telah membawa saya pada pemahaman yang lebih mendalam tentang peran seorang pemimpin pembelajaran. Melalui modul-modul yang telah dipelajari, Saya semakin memahami bahwa menjadi pemimpin pembelajaran bukan sekadar tentang membuat keputusan, tetapi tentang bagaimana keputusan tersebut dapat memerdekakan dan memberdayakan seluruh ekosistem pendidikan.

 

Mari berbagi pemikiran dan pengalaman Sobat:

1. Bagaimana pengalaman Anda dalam menerapkan nilai-nilai kebajikan dalam pembelajaran?

2.   Tantangan apa yang Anda hadapi sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah?

3.  Praktik baik apa yang telah Anda terapkan dalam membangun budaya positif di kelas?

Silakan berbagi cerita dan pemikiran sobat di kolom komentar di bawah. Setiap perspektif akan memperkaya wawasan kita bersama dalam mewujudkan pendidikan yang memerdekakan.

 

Dengan semangat kolaborasi dan pembelajaran berkelanjutan,

Nispu Mabrur, S.Pd

Calon Guru Penggerak

 

Tity Febrina, S.Pd.Gr

Pengajar Praktik

 

Robi Rahman, M.Pd

Fasilitator

 

CATATAN KECIL

“Jangan lupa follow blog ini "KLIK PADA BAGIAN ATAS SEBELAH KANAN" untuk mendapatkan update artikel pendidikan lainnya. Mari bersama-sama membangun komunitas pembelajaran yang positif dan inspiratif”

 

 

Friday, September 27, 2024

Memperkuat Pembelajaarn Sosial Emosional: Perspektif Seorang Calon Guru Penggerak

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2

PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL


"Guru Penggerak mendorong pembelajaran holistik yang memfasilitasi kompetensi akademik dan keterampilan sosial-emosional murid"

Sebelum mempelajari modul Pembelajaran Sosial Emosional (PSE), saya berpikir bahwa pembelajaran di kelas hanya terfokus pada materi akademik dan hasil ujian. Saya cenderung mengabaikan aspek perkembangan sosial-emosional murid, seperti kesadaran diri, manajemen diri,kemampuan berelasi, dengan orang lain. Sehingga, murid saya yang memiliki beragam latar belakang dan kemampuan belajar yang berbeda, sering merasa tidak diakomodasi dengan baik.

Setelah mempelajari modul ini, ternyata saya memahami bahwa pembelajaran yang holistik perlu memperhatikan tidak hanya aspek akademik, tetapi juga perkembangan sosial-emosional murid. Lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan berpihak pada murid menjadi hal yang sangat penting untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being).


3 Hal Mendasar dan Penting yang Dipelajari

1)Pentingnya memahami filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, khususnya konsep "Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani." Hal ini akan membantu saya menjadi guru yang dapat memberikan teladan, memotivasi, dan mendukung murid dalam mengembangkan kesadaran diri, kemampuan mengelola emosi, dan kemampuan berelasi dengan orang lain.

2)Guru penggerak harus mampu membangun budaya positif di sekolah dan memfasilitasi pembelajaran yang berpihak pada murid, termasuk dalam pengembangan keterampilan sosial-emosional,

3)Pentingnya memahami dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada murid (student-centered learning). Hal ini akan membantu saya merancang kegiatan pembelajaran yang dapat mengakomodasi kebutuhan belajar dan karakteristik unik setiap murid, serta mendorong pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.


Perubahan yang Akan Diterapkan

a.Bagi Murid: 

a)Menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menumbuhkan rasa memiliki di antara murid untuk meningkatkan kesadaran social, 

b)Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih interaktif, kolaboratif, dan berpusat pada murid untuk mengembangkan kemampuan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab,

c)Memfasilitasi pengembangan keterampilan sosial-emosional murid, seperti empati, kesadaran diri, dan manajemen diri.


b.Bagi Rekan Sejawat; 

a)Berbagi pengetahuan dan praktik terbaik dalam menciptakan budaya positif di sekolah yang mendukung pengembangan keterampilan sosial-emosional, 

b)Berkolaborasi untuk merancang dan menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid dan mendorong pengembangan keterampilan sosial-emosional, 

c)Saling mendukung dan belajar bersama untuk menjadi guru penggerak yang inspiratif dan mampu memfasilitasi pembelajaran sosial-emosional.


Youtube Pak Guru Mabrur

TikTok Pak Guru Mabrur

Instagram Nispu Mabrur