Tuesday, August 27, 2024

AKSI NYATA MODUL 1.4 CGP "DISEMINASI BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH"

 

IMPLEMENTASI BUDAYA POSITIF DALAM PENDIDIKAN:

PENGALAMAN CALON GURU PENGGERAK DI SD NEGERI 30 KUBU DALAM KOTA PADANG

Nispu Mabrur, S.Pd., Gr

Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kota Padang

nispudek01@gmail.com

Abstrak:  Guru Penggerak adalah sebuah inisiatif transformasional yang bertujuan untuk melahirkan pemimpin pembelajaran yang mampu menghadirkan perubahan positif di lingkungan sekolah. Artikel ini menggambarkan proses dan hasil dari implementasi Modul 1.4 tentang Budaya Positif, yang merupakan bagian dari program Guru Penggerak. Fokus utama adalah pada penggunaan segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah keterlambatan seorang murid kelas 6 dan bagaimana pendekatan ini dapat memperbaiki perilaku murid secara berkelanjutan. Selain itu, diseminasi budaya positif kepada komunitas guru di SD Negeri 30 Kubu Dalam juga dibahas sebagai contoh nyata upaya mengubah paradigma pendidikan di tingkat sekolah dasar.

Kata kunci: Budaya positif, segitiga restitusi, diseminasi, disiplin

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan pilar utama dalam membangun karakter dan keterampilan generasi muda. Program Guru Penggerak hadir sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan memberdayakan guru sebagai pemimpin perubahan. Dalam program ini, para guru tidak hanya belajar teori pendidikan, tetapi juga diajak untuk melakukan implementasi nyata yang dapat memberikan dampak langsung pada lingkungan sekolah. Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan pengalaman saya sebagai calon Guru Penggerak dalam mengimplementasikan salah satu modul penting, yaitu Budaya Positif, serta diseminasi yang dilakukan untuk memperluas dampak positif dari pembelajaran tersebut.

Program ini didasarkan pada pemahaman bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan, diperlukan perubahan paradigma dan pendekatan yang lebih berpusat pada murid. Guru Penggerak diharapkan menjadi katalis perubahan, membawa inovasi dan praktik terbaik ke dalam sistem pendidikan yang ada.

 

IMPLEMENTASI SEGITIGA RESTITUSI

Dalam pembelajaran Modul 1.4, saya diajak untuk memahami dan mengimplementasikan konsep budaya positif, yang salah satunya adalah segitiga restitusi. Segitiga restitusi merupakan pendekatan yang digunakan untuk memfasilitasi penyelesaian masalah disiplin dengan cara yang tidak menghukum, tetapi lebih kepada memulihkan hubungan dan memperbaiki perilaku murid.

KASUS KETERLAMBATAN MURID

Salah satu kasus yang saya hadapi adalah keterlambatan seorang murid kelas 6 yang kerap terlambat datang ke sekolah. Setelah dilakukan pendekatan personal, diketahui bahwa murid tersebut terlambat karena harus membantu orang tua di pagi hari dan sering kali tidur larut malam karena bermain game. Ini menunjukkan bahwa masalahnya tidak hanya berkaitan dengan disiplin waktu, tetapi juga faktor-faktor lain seperti tanggung jawab keluarga dan manajemen waktu pribadi yang buruk.

Gambar 1. Implementasi Segitiga Restitusi Dalam Membantu Siswa Terlambat

 

PENERAPAN SEGITIGA RESTITUSI

Segitiga restitusi digunakan untuk membantu murid ini memahami dampak dari keterlambatannya terhadap dirinya sendiri, teman-temannya, dan guru. Proses ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah bersama-sama, di mana murid diajak untuk mengakui dan memahami penyebab keterlambatannya. Kemudian, fokus diarahkan pada bagaimana murid dapat memperbaiki situasi ini, misalnya dengan menyusun jadwal harian yang lebih baik dan mengatur waktu bermain game agar tidak mengganggu waktu tidur.

Selanjutnya, langkah ketiga dari segitiga restitusi adalah pemulihan, di mana murid diajak untuk membuat komitmen dalam memperbaiki kebiasaannya. Komitmen ini tidak hanya sebagai janji verbal, tetapi didukung oleh tindakan konkret, seperti melibatkan orang tua dalam menyusun jadwal atau menetapkan alarm pagi yang efektif. Pendekatan ini tidak hanya membantu murid mengatasi masalah disiplin, tetapi juga memberdayakannya untuk menjadi lebih bertanggung jawab dan mandiri.

 

DISEMINASI BUDAYA POSITIF

Pada tanggal 26 Agustus 2024, saya bersama dua rekan calon Guru Penggerak lainnya melakukan diseminasi budaya positif kepada komunitas guru di SD Negeri 30 Kubu Dalam. Diseminasi dihadiri Kepala Sekolah beserta guru dan pegawai SD Negeri 30 Kubu Dalam. Diseminasi ini bertujuan untuk membagikan pengetahuan dan praktik terbaik yang telah kami pelajari, dengan harapan dapat menginspirasi rekan-rekan guru lain untuk menerapkan pendekatan serupa.

Gambar 2. Umpan Balik oleh Kepala Sekolah Terhadap Diseminasi Budaya Positif CGP

 

MATERI DISEMINASI

Diseminasi budaya positif yang kami lakukan di SD Negeri 30 Kubu Dalam mencakup beberapa topik utama, sebagai berikut:

a.       Perubahan Paradigma Belajar

Pada topik ini, kami menekankan pentingnya beralih dari pendekatan pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru menuju pendekatan yang lebih berfokus pada murid, di mana murid diberikan ruang untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan minat mereka.

b.      Disiplin Positif

Pada bagian ini, kami menggambarkan bagaimana pendekatan disiplin yang positif dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan mendukung. Disiplin positif bukan tentang menghukum, tetapi tentang membantu murid memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan memotivasi mereka untuk memperbaiki diri.

Gambar 2. Materi Diseminasi

c.       Motivasi Perilaku Manusia

Kami menjelaskan bahwa perilaku murid sering kali dipengaruhi oleh motivasi dasar seperti rasa aman, rasa dihargai, dan kebutuhan untuk berprestasi. Dengan memahami motivasi ini, guru dapat menciptakan strategi yang lebih efektif untuk mendukung perkembangan murid.

d.      Kebutuhan Dasar Manusia dan Posisi Kontrol Restitusi

Kami membahas bagaimana kebutuhan dasar murid, seperti rasa aman, cinta, dan penerimaan, dapat mempengaruhi perilaku mereka, serta bagaimana posisi kontrol restitusi dapat digunakan untuk memulihkan hubungan yang terganggu akibat perilaku negatif.

e.       Keyakinan Kelas dan Segitiga Restitusi

Kami memperkenalkan konsep keyakinan kelas sebagai dasar dari budaya positif, di mana setiap murid merasa aman, dihargai, dan didukung. Segitiga restitusi diperkenalkan sebagai alat praktis untuk membantu murid belajar dari kesalahan mereka dan membuat perubahan positif.­­­­­­­­­­

 

HASIL DAN DAMPAK DISEMINASI

Diseminasi budaya positif yang kami lakukan mendapat tanggapan positif dari para guru dan Kepala Sekolah. Beberapa guru menunjukkan ketertarikan untuk mencoba pendekatan yang telah dipaparkan, terutama dalam penggunaan segitiga restitusi untuk menangani masalah disiplin di kelas mereka. Selain itu, Kepala Sekolah mendukung inisiatif ini dan berencana untuk memasukkan pendekatan budaya positif dalam program pengembangan profesional guru di sekolah.

 

KESIMPULAN

Pengalaman sebagai calon Guru Penggerak telah membuka wawasan saya tentang pentingnya pendekatan pendidikan yang lebih manusiawi dan berorientasi pada pengembangan karakter murid. Melalui implementasi segitiga restitusi dan diseminasi budaya positif, saya merasa telah berkontribusi pada terciptanya lingkungan belajar yang lebih kondusif dan mendukung. Program Guru Penggerak bukan hanya tentang belajar teori, tetapi juga tentang bagaimana teori tersebut dapat diterapkan untuk menghasilkan perubahan nyata di sekolah. Pendekatan yang berfokus pada penghormatan, tanggung jawab, dan pemulihan telah terbukti efektif dalam menciptakan suasana belajar yang lebih positif dan produktif, yang pada akhirnya akan membantu murid mencapai potensi terbaik mereka.


MATERI Diseminasi di CANVA Silakan Klik Link Materi Diseminasi Budaya Positif

VIDEO Diseminasi di YOUTUBE Silakan Klim Link Diseminasi Budaya Positif CGP Angkatan 11 SD Negeri 30 Kubu Dalam


SILAKAN KUNJUNGI

TikTok Pak Guru Mabrur

Youtube Pak Guru Mabrur



No comments:

Post a Comment