IMPLEMENTASI BUDAYA POSITIF DALAM
PENDIDIKAN:
PENGALAMAN CALON GURU PENGGERAK DI
SD NEGERI 30 KUBU DALAM KOTA PADANG
Nispu Mabrur, S.Pd., Gr
Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kota Padang
Abstrak: Guru Penggerak adalah sebuah inisiatif
transformasional yang bertujuan untuk melahirkan pemimpin pembelajaran yang
mampu menghadirkan perubahan positif di lingkungan sekolah. Artikel ini
menggambarkan proses dan hasil dari implementasi Modul 1.4 tentang Budaya Positif,
yang merupakan bagian dari program Guru Penggerak. Fokus utama adalah pada
penggunaan segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah keterlambatan seorang
murid kelas 6 dan bagaimana pendekatan ini dapat memperbaiki perilaku murid
secara berkelanjutan. Selain itu, diseminasi budaya positif kepada komunitas
guru di SD Negeri 30 Kubu Dalam juga dibahas sebagai contoh nyata upaya
mengubah paradigma pendidikan di tingkat sekolah dasar.
Kata kunci: Budaya positif, segitiga restitusi, diseminasi, disiplin
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan pilar utama dalam membangun karakter dan keterampilan generasi muda.
Program Guru Penggerak hadir sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dengan memberdayakan guru sebagai pemimpin perubahan. Dalam
program ini, para guru tidak hanya belajar teori pendidikan, tetapi juga diajak
untuk melakukan implementasi nyata yang dapat memberikan dampak langsung pada
lingkungan sekolah. Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan pengalaman saya
sebagai calon Guru Penggerak dalam mengimplementasikan salah satu modul
penting, yaitu Budaya Positif, serta diseminasi yang dilakukan untuk memperluas
dampak positif dari pembelajaran tersebut.
Program
ini didasarkan pada pemahaman bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan,
diperlukan perubahan paradigma dan pendekatan yang lebih berpusat pada murid.
Guru Penggerak diharapkan menjadi katalis perubahan, membawa inovasi dan
praktik terbaik ke dalam sistem pendidikan yang ada.
IMPLEMENTASI SEGITIGA RESTITUSI
Dalam
pembelajaran Modul 1.4, saya diajak untuk memahami dan mengimplementasikan
konsep budaya positif, yang salah satunya adalah segitiga restitusi. Segitiga
restitusi merupakan pendekatan yang digunakan untuk memfasilitasi penyelesaian
masalah disiplin dengan cara yang tidak menghukum, tetapi lebih kepada
memulihkan hubungan dan memperbaiki perilaku murid.
KASUS KETERLAMBATAN MURID
Salah
satu kasus yang saya hadapi adalah keterlambatan seorang murid kelas 6 yang
kerap terlambat datang ke sekolah. Setelah dilakukan pendekatan personal,
diketahui bahwa murid tersebut terlambat karena harus membantu orang tua di
pagi hari dan sering kali tidur larut malam karena bermain game. Ini
menunjukkan bahwa masalahnya tidak hanya berkaitan dengan disiplin waktu,
tetapi juga faktor-faktor lain seperti tanggung jawab keluarga dan manajemen
waktu pribadi yang buruk.
Gambar 1.
Implementasi Segitiga Restitusi Dalam Membantu Siswa Terlambat
PENERAPAN SEGITIGA RESTITUSI
Segitiga
restitusi digunakan untuk membantu murid ini memahami dampak dari
keterlambatannya terhadap dirinya sendiri, teman-temannya, dan guru. Proses ini
dimulai dengan mengidentifikasi masalah bersama-sama, di mana murid diajak
untuk mengakui dan memahami penyebab keterlambatannya. Kemudian, fokus
diarahkan pada bagaimana murid dapat memperbaiki situasi ini, misalnya dengan
menyusun jadwal harian yang lebih baik dan mengatur waktu bermain game agar
tidak mengganggu waktu tidur.
Selanjutnya,
langkah ketiga dari segitiga restitusi adalah pemulihan, di mana murid diajak
untuk membuat komitmen dalam memperbaiki kebiasaannya. Komitmen ini tidak hanya
sebagai janji verbal, tetapi didukung oleh tindakan konkret, seperti melibatkan
orang tua dalam menyusun jadwal atau menetapkan alarm pagi yang efektif.
Pendekatan ini tidak hanya membantu murid mengatasi masalah disiplin, tetapi
juga memberdayakannya untuk menjadi lebih bertanggung jawab dan mandiri.
DISEMINASI BUDAYA POSITIF
Pada
tanggal 26 Agustus 2024, saya bersama dua rekan calon Guru Penggerak lainnya
melakukan diseminasi budaya positif kepada komunitas guru di SD Negeri 30 Kubu
Dalam. Diseminasi dihadiri Kepala Sekolah beserta guru dan pegawai SD Negeri 30
Kubu Dalam. Diseminasi ini bertujuan untuk membagikan pengetahuan dan praktik
terbaik yang telah kami pelajari, dengan harapan dapat menginspirasi
rekan-rekan guru lain untuk menerapkan pendekatan serupa.
Gambar 2. Umpan
Balik oleh Kepala Sekolah Terhadap Diseminasi Budaya Positif CGP
MATERI DISEMINASI
Diseminasi
budaya positif yang kami lakukan di SD Negeri 30 Kubu Dalam mencakup beberapa
topik utama, sebagai berikut:
a. Perubahan
Paradigma Belajar
Pada topik ini, kami menekankan
pentingnya beralih dari pendekatan pembelajaran tradisional yang berpusat pada
guru menuju pendekatan yang lebih berfokus pada murid, di mana murid diberikan
ruang untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan minat mereka.
b. Disiplin
Positif
Pada bagian ini, kami menggambarkan
bagaimana pendekatan disiplin yang positif dapat menciptakan lingkungan belajar
yang lebih inklusif dan mendukung. Disiplin positif bukan tentang menghukum,
tetapi tentang membantu murid memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan
memotivasi mereka untuk memperbaiki diri.
Gambar 2. Materi Diseminasi
c. Motivasi
Perilaku Manusia
Kami menjelaskan bahwa perilaku murid
sering kali dipengaruhi oleh motivasi dasar seperti rasa aman, rasa dihargai,
dan kebutuhan untuk berprestasi. Dengan memahami motivasi ini, guru dapat
menciptakan strategi yang lebih efektif untuk mendukung perkembangan murid.
d. Kebutuhan
Dasar Manusia dan Posisi Kontrol Restitusi
Kami membahas bagaimana kebutuhan dasar murid,
seperti rasa aman, cinta, dan penerimaan, dapat mempengaruhi perilaku mereka,
serta bagaimana posisi kontrol restitusi dapat digunakan untuk memulihkan
hubungan yang terganggu akibat perilaku negatif.
e. Keyakinan
Kelas dan Segitiga Restitusi
Kami memperkenalkan konsep keyakinan kelas sebagai dasar dari budaya positif, di mana setiap murid merasa aman, dihargai, dan didukung. Segitiga restitusi diperkenalkan sebagai alat praktis untuk membantu murid belajar dari kesalahan mereka dan membuat perubahan positif.
HASIL DAN DAMPAK DISEMINASI
Diseminasi
budaya positif yang kami lakukan mendapat tanggapan positif dari para guru dan
Kepala Sekolah. Beberapa guru menunjukkan ketertarikan untuk mencoba pendekatan
yang telah dipaparkan, terutama dalam penggunaan segitiga restitusi untuk
menangani masalah disiplin di kelas mereka. Selain itu, Kepala Sekolah mendukung
inisiatif ini dan berencana untuk memasukkan pendekatan budaya positif dalam
program pengembangan profesional guru di sekolah.
KESIMPULAN
Pengalaman sebagai calon Guru Penggerak telah membuka wawasan saya tentang pentingnya pendekatan pendidikan yang lebih manusiawi dan berorientasi pada pengembangan karakter murid. Melalui implementasi segitiga restitusi dan diseminasi budaya positif, saya merasa telah berkontribusi pada terciptanya lingkungan belajar yang lebih kondusif dan mendukung. Program Guru Penggerak bukan hanya tentang belajar teori, tetapi juga tentang bagaimana teori tersebut dapat diterapkan untuk menghasilkan perubahan nyata di sekolah. Pendekatan yang berfokus pada penghormatan, tanggung jawab, dan pemulihan telah terbukti efektif dalam menciptakan suasana belajar yang lebih positif dan produktif, yang pada akhirnya akan membantu murid mencapai potensi terbaik mereka.
MATERI Diseminasi di CANVA Silakan Klik Link Materi Diseminasi Budaya Positif
VIDEO Diseminasi di YOUTUBE Silakan Klim Link Diseminasi Budaya Positif CGP Angkatan 11 SD Negeri 30 Kubu Dalam
SILAKAN KUNJUNGI
TikTok Pak Guru Mabrur
Youtube Pak Guru Mabrur